Kelas 9: Materi Penulisan oleh Yusi A. Pareanom
Mentor Edy Purnomo pernah menyatakan “Ada ungkapan satu foto bermakna seribu kata, padahal semestinya sebuah foto memerlukan seribu kata untuk menyampaikan gagasan fotografer kepada pembaca supaya tidak terjadi salah penafsiran dan informasi”. Untuk itu, fotografer dituntut juga untuk dapat menulis, paling tidak untuk dapat menyampaikan gagasannya kepada pembaca/penikmat foto. Program Permata PhotoJournalist Grant menyadari penting untuk memasukkan materi penulisan dalam kurikulum kelas PPG. Untuk ketiga kalinya sejak 2016, program PPG mengundang Yusi Avianto Pareanom, penulis yang telah menerbitkan 1 novel dan 2 kumpulan cerita pendek untuk memberikan materi penulisan kepada peserta Permata PhotoJournalist Grant 2019.
"Menulis tidak bisa kebetulan bagus"
“Menulis bukan hanya pelajaran menulisnya sendiri, menulis itu pelajaran berpikir, pelajaran bernalar. Menulis mendekatkan pikiran dengan jari,” ungkap Yusi di awal sesi Penulisan I pada Selasa, 22 Januari 2019 di PermataBank, WTC 2. Yusi meyakini bahwa fotografer ternama yang menjadi idola para peserta juga pasti menulis dan membaca. Rasanya kita bisa mengamini pernyataan ini, bahwa proses kreatif/penciptaan karya tidak dapat berdiri tunggal, memotret tidak hanya memotret tapi akan memerlukan proses yang melibatkan berpikir, membaca, dan menulis. Sehingga, gagasan tidak hanya menjadi gagasan tetapi bisa tersampaikan dengan utuh kepada pembaca.
(Lisna Dwi Astuti / Foto: Agoes Rudianto)
Kelas 8: Berlatih Sequencing di Editing 3
Puluhan lembar foto terbentang di meja, menandakan materi kelas kedelapan program PPG 2018 adalah editing. Berbeda dengan editing 1 dan 2, pada sesi Editing 3 ini peserta akan mempelajari bagaimana memilih foto dan menyusunnya dalam sebuah rangkaian untuk menceritakan topik masing-masing. Peserta menggelar foto-foto di atas meja yang tersedia, sementara mentor dan co-mentor secara bergantian menghampiri peserta untuk memberi arahan bagaimana memulai sebuah sequence sekaligus untuk mendiskusikan foto mana yang bisa masuk dalam sequence. Dari proses ini, peserta mengakui ternyata sebanyak apapun foto tunggal yang terlihat bagus belum tentu dapat masuk ke dalam sebuah sequence terutama bila secara visual tidak memiliki keragaman. Ungkapan "Kill the darlings" sering terdengar sepanjang sesi editing ini, ketika peserta terpaksa tidak dapat memasukkan foto tunggal favoritnya ke dalam sequence. Di akhir sesi, peserta menemukan berapa banyak foto yang masih harus mereka ambil untuk melengkapi ceritanya.
(Lisna Dwi Astuti / Foto: Agoes Rudianto)
Kelas 7: Research For Photojournalism oleh Sasa Kralj
Kelas 7 program Permata PhotoJournalist Grant (PPG) 2018 dengan mentor Sasa Kralj, fotografer asal Kroasia, berlangsung secara online melalui Skype.
Dalam pertemuan online ini, Sasa memberikan materi Riset untuk Jurnalisme Foto. Ia menekankan pentingnya riset dalam pembuatan karya foto, riset akan membantu fotografer memahami isu dan permasalahan dari tema yang mereka garap. Dalam materinya, Ia menyebutkan terdapat lima level yang perlu dilakukan oleh fotografer dalam melakukan penelitian; descriptive level - representative level - intimate level - implication level - purpose level. Dengan semakin dalamnya penelitian yang dilakukan, story yang ingin disampaikan bisa jadi berkembang lebih jauh dari yang diharapkan. Akan tetapi, hal tersebut tentunya bukan serta merta terjadi, akan memerlukan proses dan waktu. Dalam memberikan contoh, Sasa langsung menggunakan story salah satu peserta sebagai studi kasus, Ia mengajukan beberapa pertanyaan terkait story yang sedang dikerjakan dan peserta memberikan jawaban atas hal-hal yang mereka temukan di lapangan. Dari sesi ini terlihat seberapa dalam riset yang sudah dilakukan oleh peserta dalam mengerjakan storynya. Menjadi pribadi yang kritis dan selalu ingin tahu dengan terus mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri bisa menjadi cara yang bagus dalam melakukan riset. Di satu kesempatan, Sasa menyampaikan, "Do not ask the question you already know the answer. Ask a question, you're yet to know the answer and it's your job to find the answer." Jangan menanyakan pertanyaan yang sudah kamu [dan orang lain] tahu jawabannya, ajukan pertanyaan yang belum terjawab dan tugasmu untuk mendapatkan jawabannya.
Sesi kelas online bersama Sasa Kralj akan berlanjut pada pertemuan kedua yang akan berlangsung pada Jumat, 25 Januari 2019.
(Lisna DWi Astuti / Foto: Agoes Rudianto)
Kelas 6: Visual Literacy
"Sebagai fotografer penting untuk memperkaya bahasa visual, salah satunya dengan melihat karya-karya fotografer lain atau dengan membaca buku foto, menonton film, maupun membaca komik" ucap Edy Purnomo. Namun, membaca dan memahami sebuah karya fotografi juga bukan hal yang mudah. Melalui sesi Visual Literacy oleh Edy Purnomo ini, peserta PPG 2018 belajar untuk membaca foto menggunakan Teori Gestalt. Dengan Visual Literacy, ketika membuat sebuah karya visual, fotografer tahu kenapa mereka membuat karya tersebut dan tahu apa yang membuat sebuah foto bagus. Tidak hanya materi presentasi, dalam sesi kelas ini peserta menerima banyak latihan-latihan kecil, dari mendeskripsikan karya visual, mengintepretasikan karya visual, menebak hubungan figure dan background sebuah karya visual, hingga akhirnya membaca sebuah karya visual secara keseluruhan dan menangkap apa yang ingin fotografer sampaikan melalui karyanya. Melalui kelas Visual Literacy ini diharapkan fotografer-fotografer muda ini tidak lagi menjawab, "Suka aja karena bagus" ketika ditanya apa yang membuat Ia menyukai sebuah foto.
Kelas Visual Literacy merupakan kelas keenam dalam rangkaian Kelas Permata PhotoJournalist Grant 2018 dan berlangsung di PermataBank, WTC II, lantai 21. Selama program PPG 2018, 10 peserta akan menerima materi mulai dari pengembangan photo story, penulisan, hingga mengedit foto sebanyak 12 sesi hingga 1 Februari 2019 mendatang. Hasil akhir dari program ini adalah photo story dari masing-masing peserta, yang bertema Diversity.
(Lisna Dwi Astuti / Foto: Agoes Rudianto)
Kelas 5 : Editing II
Selamat tahun baru 2019! Semangat tahun baru melingkupi suasana kelas PPG 2018 pertama di tahun baru ini. Setelah libur dua pekan, yang memberikan kesempatan bagi 10 peserta untuk memotret, kelas dimulai kembali dengan materi lanjutan editing. Pada editing II, masing-masing peserta membawa 45 foto baru untuk didiskusikan dan dipilih bersama dengan mentor dan co-mentor foto-foto mana saja yang bisa digunakan untuk membangun photo story mereka. Yang juga berbeda dalam sesi editing II bila dibandingkan dengan editing I adalah seluruh peserta dilibatkan dalam diskusi dan pemilihan foto satu sama lain. Jadi, setiap peserta dipersilakan untuk memberikan komentar dan masukkan, serta membantu memilih foto. Di akhir sesi kelas seluruh peserta dan penyelenggara duduk bersama untuk melakukan evaluasi. Mentor dan co-mentor menyatakan peserta memperlihatkan progres yang baik, beberapa peserta secara visual bahkan jauh meningkat bila dibandingkan dengan editing I pada bulan Desember lalu. Namun, mentor dan co-mentor terus memberikan semangat dan pengingat untuk tidak ragu mengkomunikasikan berbagai kendala yang mungkin mereka temukan selama penyusunan photo story. Mentor Edy Purnomo berpesan:
"Saat memotret bebaskan diri, bersenang-senang, dan jangan kejar target harus motret berapa. Selama kalian memotret dengan hati senang, target itu akan tercapai tanpa harus dikejar".
Jadi, nikmatilah setiap prosesnya; proses belajar dan proses berkarya. Dan jaga terus semangatnya sampai akhir program.
(Lisna Dwi Astuti / Foto: Agoes Rudianto)
Kelas 4 : Editing I
Penghujung tahun 2018, Kelas Permata PhotoJournalist Grant 2018 memasuki sesi editing I. 1-2 peserta menyatakan berdebar-debar menjelang Kelas Editing I, terlebih dengan diberlakukannya kriteria pass and fail yang mengharuskan peserta membawa minimal 15 foto baru untuk di-review dan didiskusikan bersama dengan para mentor foto mana saja yang dapat masuk edit. Namun, sebelum review dan diskusi, peserta terlebih dahulu mencoba menyusun sequencing atau urutan foto mereka secara mandiri. Setelahnya, mentor satu per satu menghampiri peserta untuk mendiskusikan sequencing tersebut.
Di tengah diskusi yang cukup intens antara peserta dengan mentor, kelas dikejutkan dengan kedatangan Kadir van Lohuizen (NOOR Images), yang juga pernah menjadi salah satu mentor tamu di Permata PhotoJournalist Grant tahun 2011-2015 dan yang sampai saat ini masih menjadi mentor bagi penerima program Erasmus Huis Fellowship to Amsterdam. Kadir sedang berada di Jakarta dalam rangka mengerjakan photo project-nya dan menyempatkan untuk berkunjung ke kelas PPG 2018 dan menyapa para peserta.
(Lisna Dwi Astuti / Foto: Agoes Rudianto)
Kelas 3: Developing Photo Story
Menjabarkan Gagasan Dalam Mind Map
Yoppy Pieter dan Rosa Panggabean membuka kelas dengan presentasi photo story yang sedang mereka kerjakan sepanjang 2018 ini. Yoppy mempresentasikan photo story yang bercerita tentang tradisi berburu babi mengguunakan anjing yang dilakukan lelaki-lelaki Minangkabau. Sementara Rosa mempresentasikan tentang penyintas sejarah yang bernyanyi sebagai trauma-healing. Melalui presentasi ini, para peserta PPG 2018 dapat melihat ragam cara bercerita dalam photo story.
Sementara itu, delapan dari sepuluh peserta PPG 2018 juga sudah membawa foto yang mereka ambil berdasarkan cerita yang mereka ajukan dalam proposal photo story. Dalam Kelas Ketiga: Developing Photo Story, foto-foto tersebut dimasukkan ke dalam mind map yang mereka buat berdasarkan gagasan terkait cerita masing-masing. Dalam pembuatan mind map, peserta menjabarkan hal-hal yang mereka ketahui tentang topik yang akan mereka ceritakan. Dalam penyusunan mind map, mentor dan co-mentor membantu peserta 'memetakan' gagasan mereka melalui diskusi.
Edy Purnomo menutup kelas dengan
"Gagasan sudah dimiliki, sekarang tugasnya bagaimana memasukkan gagasan itu masuk ke indra kita. Fotografi tidak hanya mata tapi semua indra (menghadirkan rasa)"
(Lisna Dwi Astuti / Foto: Agoes Rudianto)
Kelas 2: Introduction to Photo Story
Jakarta, 14 Desember 2018. Edy Purnomo membuka kelas kedua: Understanding Photo Strory, program Permata PhotoJournalist Grant 2018 dengan pertanyaan: Apa yang diharapkan dari materi Understanding Photo Story? kemudian Ia meminta para peserta untuk menuliskannya di atas selembar kertas dan menempelkannya di dinding ruangan. Dari beragam jawaban, yang paling banyak muncul adalah peserta mengharapkan untuk lebih memahami sequencing, editing, bagaimana membaca foto, dan cara pandang (perspektif) untuk memaknai sebuahfoto / photo story.
Kemudian Edy Purnomo memberikan tugas kelompok, masing-masing kelompok memilih dan mendiskusikan dalam kelompoknya photo story yang menurut mereka paling menarik dalam buku foto The Joop Swart Masterclass (World Press Photo) dan mempresentasikan pilihan kelompoknya beserta alasan mengapa photo story tersebut menarik menurut mereka. Melalui latihan ini peserta mendapatkan pengalaman untuk bersama memahami photo story yang mereka lihat melalui diskusi dalam kelompok, tidak sekedar melihat rangkaian fotonya sambil lalu.
"Untuk mengasah perspektif, yang saya lakukan adalah (1) membaca dan (2) jangan sepelekan hal-hal yang sederhana yang ada di sekitar kita. Yang juga penting: selalu miliki pertanyaan di kepala, selalu skeptis dan memiliki rasa penasaran terhadap sesuatu,"
jawab Edy Purnomo atas pertanyaan bagaimana mengasah perspektif yang diajukan oleh Denty (Pewarta Kompas).
(Lisna Dwi Astuti / Foto: Agoes Rudianto)
Kelas Pertama: Orientasi Program dan Pengenalan Tema Diversity
Atas Kiri-Kanan: Ajeng Dinar Ulfiana (Katadata.co.id, Jakarta), Aprillio Abdullah Akbar (Antara Foto, Jakarta), Denty Piawai Nastitie (Kompas, Jakarta)
Baris 2 Kiri-Kanan: Bayu Eka Novanta (Freelance, Malang), Hendra Eka (Jawa Pos, Jakarta)
Baris 3 Kiri-Kanan: Willy Kurniawan (Freelance & Internship di Reuters, Jakarta), Putra Muhamad Akbar (Republika, Jakarta)
Bawah Kiri-Kanan: Helmi Afandi Abdullah (Kumparan.com, Jakarta), Muhammad Hidayat (TEMPO, Jakarta), Albertus Vembrianto (Freelance, Timika)
Bersamaan dengan pembukaan dan peresmian program Permata PhotoJournalist Grant (PPG) 2018 pada Selasa 11 Desember 2018, sesi dilanjutkan dengan orientasi program oleh Kepala Sekolah PPG, Ng Swan Ti (PannaFoto Institute) dan kelas pertama dengan materi pengenalan tema Diversity oleh Edy Purnomo. Selanjutnya, masing-masing peserta mempresentasikan proposal photo story yang akan mereka kerjakan selama program PPG 2018 ini. Di akhir kelas, kesepuluh peserta dibagi menjadi dua kelompok, dimana masing-masing kelompok akan menerima bimbingan selama penyusunan photo story dari co-mentor; Rosa Panggabean dan Yoppy Pieter.
Kelompok 1 (co-mentor Yoppy Pieter): Ajeng Dinar Ulfiana, Albertus Vembrianto, Aprillio Abdullah Akbar, Hendra Eka, Putra M. Akbar
Kelompok 2 (co-mentor Rosa Panggabean): Bayu Eka Novanta, Denty Piawai Nastitie, Helmi Afandi Abdullah, Muhammad Hidayat, Willy Kurniawan
Selanjutnya para peserta akan mengikuti rangkaian kelas yang akan dilaksanakan setiap hari Selasa dan Jumat di PermataBank hingga 1 Februari 2019.
(Lisna Dwi Astuti / Foto: Agoes Rudianto)
Workshop Training of Trainers (ToT) | 18-20 April 2018 di Erasmus Huis
Selama tiga hari 18-20 April 2018, sepuluh peserta terpilih Training of Trainers mengikuti workshop yang berlangsung di Erasmus Huis, Jakarta, dengan mentor Edy Purnomo (PannaFoto Institute) dan mentor tamu Ibe Karyanto (Sang Akar Institute). Kesepuluh peserta terpilih memiliki beragam latar belakang profesi, tetapi kesemua aktif dalam dunia pengajaran baik untuk komunitas maupun instansi.
Dalam pelatihan, peserta mendapatkan berbagai materi mulai dari metode penyampaian materi, pedagogi kritis, mendesain pelatihan hingga simulasi mengajar. Dalam setiap sesinya, peserta dilibatkan secara aktif untuk bertanya, mengemukakan pendapat, dan memberikan umpan balik. Misalnya, dalam sesi simulasi mengajar masing-masing peserta mendapatkan waktu 20 menit untuk melakukan simulasi, usai simulasi peserta lain dipersilakan memberikan umpan balik baru kemudian Edy Purnomo dan Ng Swan Ti memberikan umpan balik.
Pada hari terakhir, Jumat 20 April 2018 diselenggarakan sesi Focus Group Discussion “Tantangan dan Peluang Pendidikan Fotografi di Indonesia” dengan Ibe Karyanto sebagai moderator, serta mengundang alumni ToT dan observer untuk turut berpartisipasi. Hari ketiga kemudian ditutup dengan masing-masing peserta mempresentasikan action plan yang akan mereka realisasikan seusai pelatihan ini. (Lisna / Foto: M. Rahaddis Adiyoga)
Kelas PPG: Workshop Intensif bersama Jenny Smets
Setelah 12 sesi kelas PPG berlangsung sejak 21 November 2017 hingga 16 Januari 2018 di gedung WTC II, rangkaian program bagi delapan peserta PPG 2017 masih berlangsung. Di awal tahun 2018 ini, para peserta berkesempatan untuk belajar dari seorang kurator independen sekaligus editor foto sebuah majalah di Belanda, Vrij Nederland, bernama Jenny Smets.
Workshop intensif ini berlangsung selama tiga hari, 22-24 Januari 2018 di Erasmus Huis. Workshop dibuka dengan pemberian materi tentang editing dan pitching oleh Jenny Smets. Kemudian, dilanjutkan dengan para peserta melakukan pitching di hadapan Jenny. Dalam latihan pitching ini, setiap peserta mendapatkan 3 menit kesempatan untuk "menjual" karya foto mereka untuk bisa dipublikasikan dalam sebuah majalah, dipamerkan, maupun diterbitkan dalam format buku - mereka dibebaskan untuk berimajinasi dalam hal ini. Setiap peserta mengaku gugup, meski akhirnya mereka melakukannya dengan cukup baik, menurut Jenny gugup itu sesuatu yang wajar, mengingat ini pengalaman pertama bagi mereka.
Workshop kemudian berlanjut ke sesi latihan edit. Berbekal foto-foto yang dihasilkan oleh para peserta selama 12 sesi kelas, Jenny membimbing mereka untuk merangkai foto-foto tersebut untuk dapat menyampaikan narasi di belakang masing-masing photo story. Diawali dengan peserta menyusun foto-foto di atas meja, kemudian Jenny mengajak mereka bermain-main dengan urutan foto. Seluruh peserta diajak untuk turut memberikan komentar dan masukkan atas edit satu sama lain, hal ini penting sehingga mereka dapat belajar dari satu sama lain, selain untuk melatih berpikir kritis dan berpendapat.
Dalam sesi editing ini, Jenny memberikan poin penting untuk diperhatikan saat melakukan edit:
"It is training in editing but it's also training in thinking very thoroughly in why you choose certain photographs and how your story is going to communicate, and who is your audience."
(ini merupakan pelatihan edit tetapi sekaligus pelatihan untuk berpikir secara menyeluruh; (1) kenapa kalian memilih foto-foto tersebut untuk ditampilkan sementara foto lainnya tidak, (2) bagaimana rangkaian foto ini akan dapat berkomunikasi dengan audiens, (3) siapa target audiens kalian)
Selain memberikan workshop intensif bagi para peserta PPG 2017, Jenny Smets juga akan memberikan Seminar Foto bertajuk "Dutch Heights" serta sebuah forum bersama editor foto dari berbagai media massa di Indonesia. Seluruh kegiatan ini merupakan rangkaian dari program Permata Photojournalist Grant 2017 - Erasmus Huis Fellowship to Amsterdam 2018, kerjasama antara PermataBank dan Erasmus Huis. (Teks: Lisna Atmadiardjo / Foto: Agoes Rudianto)
Sesi 2 : Proposal Indonesian Heritage | 28 November 2014
Kelas ke-2 workshop Permata PhotoJournalist Grant (PPG) 2014 berlangsung di PermataBank, Gedung WTC II, Ruang Nusantara, Jumat (28/11). Kelas membahas proposal masing-masing peserta dengan mentor Hadi Winarto (METRO TV) dan Edy Purnomo. Pertanyaan yang selalu ditanyakan kepada peserta, "sebetulnya apa sih yang mau disampaikan dalam proposalmu ini?" Pertanyaan tersebut diikuti dengan diskusi yang bertujuan mendapatkan cerita yang fokus.
Menurut mentor tamu Hadi, beberapa hal yang akan membantu fotografer mendapatkan cerita yang fokus dan mendalam adalah :
- Riset, riset dan riset
Riset akan membantu fotografer menguasai topik
- Preferensi nilai
Memilih tema/ cerita tertentu dari berbagai macam alternatif yang ada
- Apa yang akan dipotret ?
- Bagaimana memotretnya ?
- Eksekusi, memilih karakter / subyek yang akan dipotret, lokasi, memadukan karakter/ subyek dengan lokasi dan lain sebagainya.
Hal-hal tersebut yang menurut beliau akan membedakan seorang fotografer dengan orang yang hanya bisa mengoperasikan kamera. Nah, termasuk didalam katagori manakah Anda ? (Foto : Fakhri).