Mentor Permata PhotoJournalist Grant 2018, Yoppy Pieter mendampingi perwakilan penerima PPG 2018: Aprillio Akbar (Antara Foto), Albertus Vembrianto (Pewarta Foto Lepas), Denty Piawai Nastitie (Kompas), dan Hendra Eka (Jawa Pos) dalam sebuah Diskusi Karya Pameran Foto DIVERSITY yang berlangsung di Erasmus Huis pada 21 Maret 2019. Sementara kelima peserta PPG 2018 lainnya; Helmi Afandi Abd (kumparan.com), Muhammad Hidayat (TEMPO), Bayu Eka Novanta (Pewarta Foto Lepas), Putra Muhamad Akbar (Republika), dan Ajeng Dinar Ulfiana (Katadata.co.id) terlihat menempati kursi baris depan penonton. Dalam kesempatan diskusi ini, para pewarta foto ini menceritakan proses kreatif dalam pembuatan karya-karya mereka yang bertema Diversity yang saat ini sedang dipamerkan.
Diskusi mengambil tempat di Exhibition Room, di tengah karya-karya para peserta PPG 2018 tersebut dan dihadiri pula oleh Ibu Cika Andayani dan Bapak Adi Yudistira perwakilan dari PermataBank, Ibu Joyce Nijssen (Acting Director Erasmus Huis), dan Bapak Wilson Gunawan (Managing Director Leica Store Indonesia).
Pada kesempatan ini terdengar para peserta membagikan pelajaran yang mereka dapatkan selama mengerjakan proyek foto mereka, serta harapan atas photo story tersebut.
“Saya mendapatkan banyak pelajaran berharga untuk pribadi saya; lebih sabar, welas asih, harus semakin menghargai sesama” Hendra Eka (Jawa Pos) yang telah menyelesaikan sebuah photo story berjudul Silent Fight.
“Yang saya pelajari dari proyek ini adalah bagaimana menumbuhkan rasa percaya seseorang,” ujar Putra Muhamad Akbar (Republika) yang menyelesaikan sebuah photo story berjudul Finding Home, tentang kisah pengungsi Hazara di Indonesia. Ia mengaku perlu beberapa waktu sebelum akhirnya mendapat kepercayaan dan memotret para pengungsi asal Afghanistan. “Subyek foto saya memiliki trauma terhadap media dan pemberitaan oleh media, mereka khawatir publikasi yang dilakukan oleh media dapat membahayakan keberadaan mereka.”
Sementara Aprillio Akbar (Antara Foto) menceritakan rencana dan harapannya atas karyanya yang berjudul Resilient,
“Saya ingin melanjutkan proyek foto Resilient dan menjadikannya buku foto. Misi saya melalui photo story ini, saya ingin kisah ini dibaca lebih banyak orang sekaligus menunjukkan ke pemerintahan bahwa selain hukum, pendidikan dapat dijadikan alternatif solusi untuk kasus kekerasan dalam rumah tangga.”
(Lisna Dwi Astuti / Foto: Agoes Rudianto)