Kamis (30/06/2022), sepuluh fotografer muda dan para mentor kembali bertemu di kelas daring Permata Youth Photostory (PYP) 2022. Di pertemuan kali ini, Rosa Panggabean (mentor dan fotografer lepas), memberi materi Pengantar Foto Cerita. Rosa membuka presentasi dengan menjelaskan, “Foto cerita adalah rangkaian foto. Jika fotonya satu, namanya foto tunggal, bukan rangkaian foto.”
Foto cerita merupakan satu kesatuan antara foto dan teks, mengangkat tema tertentu. Terdiri dari pembuka, isi dan penutup. Ada beberapa elemen foto cerita yang dapat membantu kita untuk membuat foto cerita terutama bagi pemula. Enam elemen foto cerita ini dikutip dari Life Magazine yang menerapkan panduan standar keragaman gambar bagi fotografer yang sedang bertugas jauh dari kantor pusat. Elemen-elemen ini bukanlah teori absolut atau menjadi pakem dalam membuat foto cerita yang bersifat naratif. Kita dapat mengembangkannya sesuai kebutuhan kita.
Elemen pertama adalah Pembuka atau Pengantar (Establishing Shot). Ini adalah gambar pertama yang mampu menarik dan menggiring pembaca masuk ke dalam cerita, biasanya membawa kita ke lokasi cerita. Tak jarang, di bagian ini memuat elemen penting lainnya. Terutama karakter penting di dalam tuturan; sang tokoh. Elemen kedua adalah Potret (Portrait; portraiture). Elemen ini merupakan foto potret dari sang tokoh (character) atau pelaku-pelaku utama dalam cerita. Bisa berupa potret tungga;, bisa pula potret kelompok (group portrait)
Elemen berikutnya adalah Interaksi (Interaction), yaitu potret interaksi hubungan antar pelaku cerita atau pelaku dengan lingkungannya. Baik secara fisik, emosi, psikologis atau secara profesional. Elemen keempat yaitu Penanda Utama (Signature). Elemen Penanda Utama hampir mirip dengan Elemen Interaksi, namun disini potret interaksi menjadi momen penentu. Satu foto, yang bila terpaksa, bisa mewakili keseluruhan cerita– menandai atau menggambarkan adanya perubahan. Sebuah Signature biasanya berupa suatu ‘Moment Shot’. Dimana aksi, si tokoh utama atau tokoh-tokoh yang terlibat dan lingkungannya terangkai dalam suatu komposisi yang memberi kesan mendalam (terdapat unsur drama).
Elemen selanjutnya adalah Detil (Detail). Elemen ini merupakan sesuatu yang kehadirannya sangat penting di dalam cerita, berfungsi untuk ‘memikat’ perhatian, agar pembaca mau meluangkan waktu untuk memperhatikan. Karena fungsi ini lah Detail dapat digunakan untuk menentukan langkah kecepatan (pace) alur cerita. Detil bisa berupa apa saja, tidak harus benda atau potret close-up, yang penting signifikansinya dalam cerita. Elemen terakhir yaitu Penutup (Clincher), sebuah foto terakhir yang menggambarkan situasi akhir atau penegasan untuk menutup cerita.
“Jika mempunyai sebuah gagasan atau tema cerita, sebaiknya gagasan dituliskan dalam satu kalimat. Itu akan membantu kita dalam menentukan apa yang akan kita potret hari itu,” ujar Rosa. Ia lalu memberi contoh satu foto cerita sederhana dan mengurai cara-cara agar dapat memvisualkan sebuah gagasan. Rosa juga memberi kiat-kiat penting agar proses produksi cerita lebih efektif. Salah satunya adalah mengambil beberapa alternatif foto dari setiap elemen.
Metode cerita foto sederhana patut dicoba oleh fotografer pemula. Secara singkat; menentukan gagasan/tema cerita, lalu memotret dan mereview, serta menyusun foto dengan menentukan foto pembuka-isi-penutup merupakan langkah-langkah untuk mempermudah membuat foto cerita. Rosa mengingatkan fotografer muda untuk terus mengasah dan mengeksplorasi kemampuan fotografi dasar (komposisi, lighting, warna, dst) agar hasil cerita foto menjadi maksimal.
Para peserta mengikuti rangkaian kelas yang akan dilaksanakan setiap hari Kamis hingga 14 Juli 2022. Ikuti kanal sosial media Permata Photojournalist Grant untuk info terkini program Permata Youth Photostory (PYP) 2022.