Membentuk Karakter dengan Penca Cimande
Membentuk Karakter dengan Penca Cimande
Adhi Wicaksono/CNNIndonesia.com
Berawal dari sebuah aliran sungai di kaki Gunung Pangrango, 25 kilometer dari pusat Kota Bogor, kini, nama Cimande dikenal sebagai daerah penghasil pendekar yang memiliki kesaktian ilmu bela diri dan pengobatan.
Bagi warga Cimande pada umumnya, penca—sebutan lokal untuk pencak—bukan hanya sebuah keterampilan bela diri, melainkan juga proses membentuk karakter dan mental seorang pendekar yang tunduk pada langit dan membumi.
Penca Cimande, sebagai sebuah aliran, telah melahirkan banyak perguruan, baik di dalam maupun luar negeri. Namun, inti ajaran aliran Cimande tetap dipertahankan; dengan 14 Talek sebagai poros filosofi, proses peureuh (meneteskan air sereh kedalam mata) bagi seorang murid yang akan diangkat, atau proses minta berkah agar terhindar dari sesuatu yang buruk.
Bahkan, ada sebuah pepatah populer dalam komunitas Cimande yang berbunyi, “Ngagugulung buang kelid bari teu ditalek sarua jeung ngagugulung bangke” (menggeluti penca Cimande tanpa melalui patalekan ibarat orang yang berkutat dengan bangkai, jasad tanpa ruh di dalamnya). Hal tersebut kemudian diaplikasikan dalam 33 jurus kelid, 17 jurus pepedangan, dan Tepak Selancar.
Dalam proses pembelajaran penca Cimande, seorang pendekar terikat dalam 14 filosofi Talek, sehingga belajar penca Cimande bukan untuk bela diri semata, melainkan juga menolong sesama. Sejalan dengan filosofi tersebut, pengobatan tulang Cimande berkembang, dengan memahami bagian tubuh atau tulang, dan merasakan langsung ketika adu binjuran dan kecer. Para pendekar Cimande secara tidak langsung mempelajari pengetahuan akan anatomi tulang, yang kemudian berkembang menjadi kemampuan mengobati.
Penca Cimande terus beradaptasi dan bertahan pada zaman modern ini. Dengan berbagai ilmu bela diri dari dalam dan luar negeri, penca Cimande tetap memiliki keistimewaan dalam pengajaran dan kuatnya nilai-nilai leluhur pembentuk moral.
Berangkat dari hal tersebut, kini di desa Cimande Jaya dan Lemah Duwur telah dibentuk enam lingkung seni di bawah panduan Pusat Pelatihan Pencak Silat Aliran Cimande (PPSAC), yang bertujuan agar terlahir generasi yang memenuhi kriteria CIri MANusa haDE, yaitu generasi yang menghormati etika, norma, mencintai ilmu pengetahuan, mengabdi kepada kebenaran, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, baik dalam fungsinya sebagai makhluk sosial maupun posisinya sebagai makhluk Tuhan.
Biodata
Adhi Wicaksono lahir pada 1985, merupakan lulusan program diploma FISIP Universitas Indonesia, angkatan 2002.
Mulai terjun sebagai pewarta foto penuh waktu sejak akhir 2011, di salah satu surat kabar nasional, setelah beberapa kali berpindah media.
Saat ini aktif sebagai fotografer di CNNIndonesia.com. Pernah mengikuti sejumlah pameran, salah satunya dalam ajang GRID Fotografie Biënnale 2012 di Belanda.