Setelah berlangsung di Erasmus Huis selama satu bulan, karya-karya foto bertema CHANGE yang merupakan hasil akhir workshop Permata PhotoJournalist Grant 2017 kembali dipamerkan di Bintaro Jaya Xchange Mall dari tanggal 1-13 Mei 2018. Sebagai rangkaian pameran, diadakan diskusi karya foto bersama 2 perwakilan penerima Permata PhotoJournalist Grant 2017 pada Rabu, 9 Mei 2018 di Wifi Corner, BXc Mall.
Dalam diskusi karya ini, selain dua fotografer yang mewakili penerima grant lainnya, kami turut mengundang Yoppy Pieter (Fotografer, alumni PPG 2011) untuk memberikan presentasi tentang photo story. Dalam presentasinya, Yoppy memaparkan pengertian sekaligus memberikan contoh photo story. Setelahnya, secara bergantian Rahmad Azhar Hutomo dan Muhammad “Cumi” Adimaja memberikan presentasi karya mereka yang pada saat itu tengah dipamerkan di Main Atrium BXc Mall. Azhar mempresentasikan photo story-nya yang berjudul Cermin Tanaka, sedangkan Cumi mempresentasikan karyanya yang berjudul Dirty For Glory, mereka memaparkan cerita yang ingin mereka sampaikan melalui rangkaian foto tersebut.
Diskusi kemudian berlanjut ke sesi tanya-jawab, dalam kesempatan ini Azhar dan Cumi menceritakan hal-hal menarik yang terjadi selama penyusunan photo story mereka dan juga hal-hal yang mereka dapatkan dari mengikuti program Permata PhotoJournalist Grant 2017.
“Pertama kali belajar fotografi, yang saya kejar adalah visual, pada saat itu saya berpikir bahwa foto bagus sudah cukup. Tapi setelah mengikuti program ini saya sadar selain visual, konten sangat penting, penting untuk tahu apa yang ingin disampaikan dan bagaimana menyampaikannya menggunakan visual yang baik” – Rahmad Azhar Hutomo.
“Saya belajar bagaimana bercerita ke orang lain dengan lebih jelas, lebih tegas atas photo story yang dibuat. Karena dalam penyusunannya menggunakan riset, jadi lebih mengenal story-nya. Hal lain yang saya dapat dari program ini adalah bagaimana membangun trust dengan narasumber, terlebih story yang saya buat adalah kegiatan ilegal. Selama proses saya menyadari, setelah trust terbangun, eksekusi/pemotretan menjadi lebih mudah dan leluasa. Ya walau proses untuk membangun trust tersebut memerlukan waktu yang tidak sebentar” – Muhammad Adimaja.
(Lisna Dwi A.)