Selasa, 22 Februari 2021 program Permata Photojournalist Grant (PPG) 2021: Courage dibuka. Pembukaan program yang kali kedua berlangsung secara daring ini dihadiri oleh Ibu Richele Maramis (Head of Corporate Affairs PermataBank), dan ibu Ng Swan Ti (Managing Director PannaFoto Institute), mentor, peserta PPG 2021, alumni PPG & ToT, serta rekan-rekan editor foto, pewarta foto dan tamu-tamu undangan.
Ibu Richele Maramis (Head of Corporate Affairs PermataBank) menyambut kehadiran sepuluh keluarga besar baru PPG yang berasal dari Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan dan Sulawesi. Melalui kelas-kelas daring, program PPG mengatasi kendala geografis dan dapat menjangkau lebih banyak pewarta foto/pewarta foto lepas di berbagai wilayah di Indonesia. Beliau menyampaikan, “Melihat antusiasme para peserta serta kegiatan PPG di awal pandemi, kami percaya semangat pewarta foto di Indonesia untuk mengembangkan diri dan kemampuan bertutur secara visual masih tetap membara. Untuk itu Permata Bank konsisten mendukung mereka dalam meningkatkan kemampuan dan mewujudkan ide-ide mereka melalui foto yang akan menginspirasi siapapun yang melihatnya.” Terkait tema Courage yang diusung PPG tahun ini, beliau menambahkan, “Tema ini merefleksikan situasi global saat ini. Kita butuh keberanian untuk menjalani kehidupan.”
Kemudian, Ibu Ng Swan Ti (Managing Director PannaFoto Institute) menuturkan jika peserta PPG 2021 tidak perlu khawatir meski kelas diadakan secara daring, interaksi dan diskusi kelas tidak akan hilang. Beliau juga berharap dapat melaksanakan pameran secara luring di tahun ini.
Selanjutnya, para peserta PPG 2021 memperkenalkan diri sekaligus menceritakan karya foto yang mereka ajukan sebagai portofolio seleksi. Ahmad Tri Hawaari (Pos Kota, Jakarta) dengan karya “Pahlawan Pandemi” menceritakan minimnya fasilitas untuk nakes saat awal pandemi. Andri Saputra (Harian Rakyat Sulsel, Makassar) berbagi tentang “Buruh Emas di Tanah Obi”, sebuah kisah pekerja tambang emas di Maluku Utara. Andry Denisah (Kontributor SOPA Images, Sulawesi) memotret kehidupan sehari-hari suku “Bajo Pengembara Laut Ulung”. Bhagavad Sambadha (Tirto.id, Jakarta) mengajak kita menyambangi ruang hidup Omah Boro, sebuah penginapan buruh angkut di Pasar Johor Semarang lewat karya “Makhluk Itu Bernama Omah Boro”. Felix Jody Kinarwan (Project Multatuli, Banten) mengungkapkan kegusaran tentang kerusakan lingkungan akibat tambang timah dan pelik kehidupan ekonomi di Pulau Bangka dalam “Tin City”. Feny Selly Pratiwi (Antara Foto, Palembang) berbagi kisah inovasi bahan pewarna alami dari tanaman gambir untuk kain jumputan yang dikembangkan di Musi Banyuasin lewat “Dari Gambir ke Gambo Muba”.
Iqbal Firdaus (Kumparan.com, Bekasi) dengan “Bertahan di Tengah Ganasnya Limbah Cikarang” menyorot getir kehidupan masyarakat Cikarang yang terdampak limbah industri dan pembangunan pabrik. Moch. M. Kavin Faza (Ayobandung.com, Bandung) mencari pelaku budaya kuda renggong yang semakin tergerus zaman dan mengabadikannya lewat “Merawat Budaya Kuda Renggong”. Muhammad Zaenuddin (Katadata.co.id, Jakarta) mendedahkan konflik sosial pembukaan hutan untuk perkebunan kelapa sawit di Papua Barat yang kerap memicu perselisihan antara masyarakat adat, perusahaan dan pemerintah melalui “Menanti Janji Surga”. Virliya Putricantika (Bandungbergerak.id, Bandung) menularkan optimisme lewat “Kebahagiaan-Kebahagiaan Kecil di Tengah Pandemi”, berisi momen-momen sederhana dari proses adaptasi kehidupan normal baru masyarakat Kota Bandung. Acara kemudian ditutup dengan sesi tanya jawab.
Pembukaan program menandai dimulainya rangkaian pelatihan PPG 2021 yang akan berlangsung hingga April 2022, yang akan diikuti dengan pameran foto, presentasi fotografi, forum editor foto, serta diskusi.
Informasi kegiatan-kegiatan selanjutnya dari program ini akan tersedia di www.permata-photojournalistgrant.org
(Dokumentasi: PermataBank / PPG 2021)