Photo story kerap membutuhkan prolog atau kata pengantar yang berfungsi sebagai ‘pintu pembuka’ agar audiens / penikmat foto mengerti isu maupun cerita dalam sebuah photo story. “Sebetulnya kata-kata atau tulisan dalam sebuah foto jurnal fungsinya lebih untuk membatasi konteks dari persoalan yang ingin difoto,” ujar Firman Firdaus, Text Editor National Geographic Indonesia, yang kembali hadir sebagai mentor tamu untuk mengisi sesi Kelas PPG tentang Penulisan pada hari Jumat (30/1) di Gedung Permata WTC II, Jakarta.
Selama dua jam, pria yang akrab dipanggil Daus ini menjelaskan pada para peserta PPG tentang penulisan naratif dan deskriptif, pemilihan verba maupun kata sifat serta pentingnya untuk menghindari penggunaan dan pemilihan kata-kata yang sumir dan multitafsir. Meski menulis bukan pekerjaan utama seorang fotografer, namun Daus menyampaikan bahwa tak ada salahnya para fotografer membuka kembali KBBI (KamusBesarBahasa Indonesia) agar bisa menulis sesuai EYD.
Selepas menyampaikan teori-teori terkait penulisan, mentor juga membahas satu persatu tulisan deskripsi photo story yang telah dibuat oleh para peserta dan mendiskusikannya bersama-sama. Sebagai mentor, Daus juga menekankan penggunaan dan pemilihan kata-kata atau kutipan yang menggugah atau yang memberikan harapan. Daus pun menambahkan, “Klise memang, tapi sebaiknya kita tidak ingin menampilkan sesuatu yang menghindari keputusasaan. Dengan pemilihan kata yang tepat, kita bisa menampilkan harapan karena harapan itu penting untuk mengakhiri sebuah persoalan.”
Meski sesi Penulisan ini hanya berlangsung beberapa jam, para peserta cukup merasakan manfaatnya. Seperti yang diungkapkan salah satu peserta PPG 2014, Anggara Mahendra, foto jurnalis Bali Buzz.
“Penting banget. Sesi yang berguna karena mempelajari hal baru di luar kebiasaan foto. Hal positiflainnya yang aku dapat, yaitu opsi tentang gaya bercerita dan hal-hal yang bisa difokuskan untuk alur cerita.” Selain itu, Anggara juga menambahkan, menurutnya seorang fotografer yang memiliki kemampuan menulis yang baik dan benar merupakan salah satu sarana latihan bagi fotografer untuk berpikir sistematis. (Teks: AWS /Foto: Fakhri).