“Jangan lihat fotografi sebagaimana isinya, tapi lihat juga lihat efek psikologisnya”. Itulah pesan yang selalu disampaikan oleh mentor Edy Purnomo. Memasuki kelas editing kedua ini para peserta kembali membawa project foto yang mereka kerjakan. Seperti biasa kelas berlangsung pada hari Jumat (20/1) di PermataBank Tower, WTC II, Jakarta.
Dalam kelas ini, peserta kembali ditantang untuk menyusun foto sesuai dengan alur yang ingin diceritakan. Edy Purnomo sebagai mentor yang juga didamping oleh co-mentor Yoppy Pieter dan Rosa Panggabean sibuk berkeliling dari meja ke meja untuk berdiskusi dalam menyusun foto dengan para peserta. Selain itu, mereka juga memberikan tips dalam mengatasi kendala yang ada mulai dari pembagian waktu, alur cerita dan visual yang ingin ditampilkan.
“seru kelasnya, jadi lebih paham gimana cara menyusun dan memilih foto yang sesuai agar cerita dari photo story kita tersampaikan. Kita juga harus tega buang foto kadang kan susah tuh, karena motretnya aja udah capek. Tapi kalau ga mendukung story buat apa dipertahankan. Efeknya motret jadi lebih enak, dipikirin bener-bener mood dan alur fotonya. Jadi tau juga foto-foto apa aja yang kurang. Semacam nyusun puzzle gitu, setelah editing pertama dan kedua ini jadi lebih terarah motretnya” kata Dian aprilianingrum, fotojurnalis perempuan dari harian Suara Merdeka, Banyumas.
Hal senada juga disampaikan oleh Wahyudin, fotografer JawaPos, Jakarta “Kelas ini sangat bagus, karena kita sebagai fotografer harian yang tidak terbiasa dengan photo story jadi lebih memahami bagaimana cara membuat bridging karena biasanya kita membuat satu foto yang diharuskan memuat semua tema dan cerita. Kelas ini kita lebih bisa memainkan emosi dari foto kita, tidak harus langsung to the point kaya foto harian. Kita jadi tau foto apa yang kita perlukan tanpa harus memotret subjeknya yang sama berulang-ulang”.
Sebelum menutup kelas, mentor dan co-mentor menyampaikan pendapatnya sebagai evaluasi untuk memotret selanjutnya. Mereka menekankan bahwa kendala yang ada di lapangan bisa dicari solusinya dengan cara berdiskusi bersama-sama.
“Bebaskan diri kita masing-masing, yang penting kita sudah tau apa yang ada di kepala kita lalu ikutin kata hati. Jangan khawatir ceritanya tentang apa, sebatas ada yang di kepala kita ada yg menarik silahkan kerjakan, untuk selanutnya bebaskan apa yang ada di depan mata” ujar Edy Purnomo.
Para mentor dan co-mentor pun mengakui bahwa editing kedua kali ini foto-foto yang dihasilkan lebih bagus dari editing sebelumnya. Oleh karena itu, mentor dan co-mentor berharap sebelum workshop intensif bersama Kadir van Lohuizen, fotografer Belanda diawal bulan Februari nanti mereka sudah punya foto yang lengkap tanpa perlu mengulang. (Teks: Elisha / Foto: Fakhri)