Belajar memahami foto sebagai bahasa visual dan alat komunikasi merupakan satu hal yang perlu disadari sedini mungkin oleh para fotojurnalis. Pasalnya, hal tersebut tidak hanya memperkaya visual vocabulary seorang fotojurnalis, namun juga memperkaya seorang fotojurnalis dalam memotret atau menyusun frame dengan memanfaatkan elemen-elemen visual.
Setidaknya itulah salah satu materi yang disampaikan oleh Edy Purnomo saat menyampaikan materi Visual Literacy di pertemuan ke-7 Kelas PPG yang berlangsung pada hari Selasa (15/12) di gedung PermataBank, WTC Jakarta. Selama kurang lebih 3 jam, para peserta tidak hanya mempelajari beberapa teori dalam visual literacy, tapi juga sekaligus mempraktekkan bagaimana cara ‘membaca’ dan menginterpretasikan karya-karya visual maupun foto-foto yang mereka lihat dengan menggunakan ‘pisau bedah’ yang ada di dalam teori visual literacy.
Definisi Visual Literacy, prinsip-prinsip Teori Gestalt, pemahaman akan teori visual, merupakan beberapa materi yang dipelajari oleh para peserta PPG. Sebagian peserta terlihat antusias karena ini kali pertama mereka mengenal Visual Literacy, dimana mereka mencoba menggabungkan beberapa elemen visual yang ada di dalam foto dan mencoba menginterpretasikan dan membaca pesan dari sebuah karya visual.
“Sebetulnya ini tantangan tersendiri buat para fotojurnalis karena mereka ‘ditantang’ untuk tidak hanya mampu membuat foto tapi juga ‘membaca’ foto mereka sendiri agar bisa mengkomunikasikan pesan kepada publik melalui karya-karya mereka,” ujar Edy Purnomo.
Di akhir sesi, sebagai mentor Edy mengingatkan para peserta untuk rajin memperkaya memori visual masing-masing dengan sesering mungkin melihat karya-karya visual, foto, lukisan, membaca komik, atau bahkan hanya sekadar menonton film.
“Sangat disayangkan jika seorang fotografer atau fotojurnalis yang malas mengeksplotasi mata mereka untuk memperkaya memori visual, karena pada akhirnya mereka hanya menjadi seorang fotografer yang miskin memori visual,” kata Edy menambahkan. (OKKY / foto: Tyo)