“Dalam melihat sebuah visual, kita biasanya menangkap dua informasi; editorial level dan visual level”, ungkap Edy Purnomo (mentor PannaFoto Institute) di pelatihan fotografi program Permata Photojournalist Grant (PPG) 2022, Jumat 18 Maret 2022.
Dalam pertemuan virtual ketujuh ini, Edy Purnomo menyampaikan materi literasi visual. Literasi visual adalah kompetensi yang penting dimiliki oleh siapa pun– terutama fotografer, untuk memahami dan memproduksi karya visual. Dalam editorial level, kita memperoleh informasi dari 5W1H yang terdapat dalam visual tersebut. Sedangkan di tataran visual, informasi yang kita peroleh terkait dengan persepsi dan ingatan visual yang dimiliki. Dua tataran ini yang menyebabkan kita bisa memiliki pembacaan yang berbeda dari satu visual.
Literasi visual berhubungan erat dengan bahasa visual, komunikasi dan interaksi. Sayangnya, kita lebih banyak diajari cara membaca teks ketimbang membaca visual. Sedangkan di era visual ini, mata kita lebih banyak melihat informasi visual. Literasi visual penting bukan hanya karena informasi visual lebih mudah diingat dan tersebar dengan cepat, namun visual juga mempermudah cara komunikasi dan memperkaya pemahaman kita terhadap sesuatu.
Langkah-langkah belajar melihat (learning to look) adalah melihat sesuatu dengan cepat, kemudian mengamati, mendeskripsikan elemen-elemen visual, menganalisa, dan terakhir menginterpretasikannya. Lima tahapan ini perlu dilakukan secara bertahap untuk mendapat informasi visual secara komprehensif. Imaji yang kita lihat sehari-hari adalah bentukan pasangan-pasangan yang tidak tunggal, yang kita identifikasi menjadi dua bagian penting: figure (karakter utama/obyek interes) dan background (latar belakang cerita).
Dua elemen tersebut tidak bisa dilihat secara simultan, tetapi biasanya secara berurutan. Hubungan keduanya bersifat seleksi. Figur biasanya nampak lebih dekat pada orang yang melihat dan menempati area yang lebih kecil dibanding background. Figure biasanya ada kontur, sedangkan background tidak.
Pembacaan visual juga dapat menggunakan daya sensorik yang kita miliki. Ajaran yang cukup populer adalah Teori Gestalt, sebuah aliran psikologi yang dipelopori oleh Dr. Max Werthimer (1912). Secara singkat, teori ini menjelaskan bagaimana sensori menentukan persepsi kita. “Tentang Figure-Background tadi adalah teori pertama dari Gestalt. Untuk membedakan figure dengan background diperlukan 4 poin penting”, ujar Edy Purnomo.
Dalam teori Gestalt, otak manusia cenderung menyimpulkan atau mengelompokkan visual sehingga elemen itu terasa sebagai satu kesatuan. Prinsip pertama dari teori Gestalt adalah Proximity (kedekatan). Kedekatan terjadi ketika elemen ditempatkan berdekatan dan akhirnya membentuk format yang kita kenal. Prinsip kedua adalah Similarity (kesamaan). Elemen-elemen visual tampak menyatu karena memiliki kesamaan. Prinsip ketiga adalah Continuity (kesinambungan). Kesinambungan terjadi ketika mata dipaksa untuk bergerak melalui satu objek dan berlanjut ke objek lain. Prinsip terakhir dari teori Gestalt adalah Closure (penutup). Closure terjadi ketika sebuah benda tidak lengkap atau spasi tidak sepenuhnya tertutup. Visual yang tidak utuh atau terpotong, memori kita akan secara otomatis mengisi atau menutup informasi yang hilang.
Seseorang yang tidak buta visual tahu bagaimana membaca visual, mungkin memproduksi serta menginterpretasi produk visual sebagai bahasa komunikasi. Untuk menginterpretasi visual diperlukan elemen visual yang meliputi; color (warna), shape (bentuk), depth (kedalaman), space (ruang) dan typography (tipografi). Empat prinsip Gestalt dapat digunakan bersamaan dengan elemen visual untuk menciptakan imaji yang efektif membangun persepsi. Proximity dan similarity akan mengajak viewers untuk membuat sebuah hubungan visual. Memori visual selalu membawa kita pada pemaknaan sebuah imaji melalui konten dan konteks. “Setiap konsep dalam pemikiran kita, secara garis besar selalu berkaitan dengan hal-hal yang bersifat psikologis,” tutur Edy mengutip Carl Jung. Fotografi pada akhirnya berfungsi untuk menyelaraskan sesuatu yang sudah tersimpan di dalam memori manusia.