John Stanmeyer Workshop - Jakarta, 23 Juli 2012
PermataBank dan Erasmus Huis mengundang para pewarta foto dan fotografer mengikuti workshop bersama John Stanmeyer, fotografer yang tergabung dalam agensi foto VII.
Selama workshop John akan berbagi pengalamannya bekerja untuk media terkemuka seperti National Geographic, dari mempersiapkan proposal photo story hingga penugasannya di berbagai negara. Setelahnya, ia akan berdiskusi dengan peserta workshop membahas karya karya foto mereka.
Persyaratan dan ketentuan dapat dilihat di poster berikut :
Undangan : Presentasi Foto dan Diskusi Fotografi dan Media Sosial
Mei 1, 2012Event,Uncategorized @id

Fotografi Indonesia semakin berkembang. Kemampuan fotografer Indonesia di bidang fotografi semakin meningkat. Sayangnya, belum banyak dari mereka yang mendapat kesempatan untuk mendapatkan apresiasi atas kemampuan mereka secara profesional.
Apakah media sosial menjadi solusi ?
Permata Photojournalist Grant bekerja sama dengan PannaFoto Institut mengundang para fotografer, pehobi dan penikmat foto dalam acara:
PRESENTASI FOTO DAN DISKUSI FOTOGRAFI DAN MEDIA SOSIAL
YOPPY PIETER : “Today I’m nobody, but someday I’ll be someone”

Sempat diremehkan dan dipertanyakan kemampuannya oleh seorang fotografer ternyata menjadi pemicu Yoppy Pieter untuk terus berkarya dan konsisten di jalur fotografi dokumenter. Ketertarikannya untuk berkecimpung di dunia fotografi berawal saat ia bekerja di bagian administrasi iklan salah satu publisher majalah-majalah travel dan lifestyle. Proses belajar memotret itu sendiri baginya adalah sebuah perjuangan.
“Saat belajar, saya hampir frustasi melihat hasil-hasil foto saya acak-acakan. Over exposure, under exposure, dll. Tapi lambat laun saya mulai 'ngeh' dengan yang namanya diafragma, speed, ISO, dan segala macamnya. Sekitar 1 tahun lebih semuanya trial and error.”
Tahun 2010 ia sempat mempelajari Archetype Narrative course di PannaFoto Institute. Setahun kemudian, Yoppy terpilih dalam program beasiswa Permata Photojournalist Grant 2011 yang diberikan kepada 10 pewarta foto Indonesia dan dipilih melalui seleksi portfolio. Sampai saat ini, pemuda kelahiran tahun 4 Juli 1984 ini total sudah menggeluti dunia fotografi selama 6 tahun
Yoppy dan Surrealism
Bagi Yoppy tidak ada yang serba kebetulan di dunia ini karena semuanya berasal dari proses. Ia adalah pribadi yang masih dalam tahap proses atau penggodokan menuju pribadi yang diimpikan. “Today I’m nobody, but someday I’ll be someone” ujarnya.
“Saya ingin dikenal sebagai seorang fotografer yang suka bereksperimen, memasukkan unsur-unsur surrealism dalam fotografi yang saya geluti sekarang. Walaupun tidak semudah 'ngomong doang' tapi saya selalu berusaha untuk hal ini.”
Salah satu contohnya adalah ketika ia sedang menggarap photo story tentang tawuran selama workshop Permata Photojournalist Grant 2011. Ia memasukkan unsur surealis ke salah satu fotonya yang bergambar celurit dengan latar belakang wajah pelaku tawuran. Baginya, foto tersebut memiliki efek visual yang misterius.

Masih ditemani kamera pertamanya Nikon D70s yang dibelinya tanggal 31 Desember 2006, Yoppy banyak menghasilkan photo story yang cukup personal dan memiliki kedekatan yang kuat dengan subjek yang difoto. Sebut saja diantaranya Flower Dynasty (2010) yang menceritakan tentang tahanan politik, The Half Breath Battle (2011) tentang seorang anak penderita Bronkientasis, sebuah perusakan atau pelebaran saluran pernafasan, http://invisiblephotographer.asia/2012/04/10/photoessay-thehalfbreathbattle-yoppypieter/ dan Boy and The Sacred Rinjani (2011).
Baru-baru ini ia sedang mengerjakan tiga projek foto dokumenter sekaligus; tentang fitness pinggir jalan, sensasi saat transisi memasuki dunia epilepsi dan unisex di dunia fashion. Projek tentang fitness pinggir jalan sendiri sudah 70% selesai. Salah satu projek yang masih ingin direalisasikannya adalah membuat dokumenter tentang satu kaum agama minoritas di Indonesia.
Terhitung sejak 8 Mei mendatang, Yoppy akan memulai tantangan baru lainnya. Yaitu bergabung dengan salah satu grup majalah dan dipercaya menjadi seorang fotografer. Selamat berkarya dan semoga sukses di tempat baru! (AWS)
Situs Foto Indonesia : seribukata.com
Situs lokal atau forum komunitas online yang mengulas bahasan seputar fotografi jumlahnya mungkin bejibun. Agak berbanding terbalik, situs lokal yang fokus mengupas foto jurnalistik jumlahnya mungkin bisa dihitung dengan jari. Tak banyak memang, tapi bukan berarti tidak ada dan salah satu yang bisa dijadikan referensi adalah Seribu Kata (www.seribukata.com).
Seribu Kata merupakan sebuah forum komunitas online yang spesifik mengupas masalah foto jurnalistik tapi juga membahas dunia fotografi secara umum. Yuniadhi Agung, Dita Alangkara, Ahmad Zamroni dan Mast Irham adalah keempat tokoh dibalik terbentuknya Seribu Kata. Keempatnya adalah foto jurnalis Indonesia dari beberapa media berbeda, yang memang sudah kompeten di bidangnya dan sangat akrab dengan bidang foto jurnalistik.
Content dari situs ini sendiri lumayan komplet. Dari halaman utama website langsung tersedia pilihan menu Photo Stories, Article, Multimedia, Tips and Tricks, juga info jadwal festival, kontes, dan grant. Meski tampilan muka situs ini terkesan 'penuh' tapi menu navigasi website-nya tidak rumit dan memudahkan pengunjung web untuk melompat dari menu satu ke menu lainnya.
Beberapa artikel tersaji komplet dengan isi yang cukup berbobot. Misalnya tulisan tentang Kassian Cephas yang merupakan jurufoto pribumi pertama, atau isu-isu terkini di dunia fotografi seperti fotografi di era digital, lomografi, instagram, dll. Karya photo story yang dimuat juga memiliki tema yang beragam. Asyiknya lagi, Anda juga bisa mengirimkan karya dan mengunduh beberapa karya yang sudah dimuat.
Satu nilai plus untuk situs ini adalah tips dan trik yang diulas meski bersifat teknis namun disajikan dalam gaya penulisan yang tidak melulu seperti tutorial atau step-by-step. Pengunjung situs seperti diajak mendengarkan pengalaman para fotografer saat memotret dan tentunya tidak terlepas dari cara mereka dalam penguasaan 'senjata' masing-masing saat merekam event atau momen-momen tertentu.
Sayangnya, terlepas dari isi yang berbobot dan ulasan karya yang menarik, pada saat situs ini di-review tampaknya situs ini masih agak jarang di update. Terlihat dari posting terakhir yaitu sekitar bulan Januari 2012.
Singkat kata, secara content situs ini menarik, informatif dan kental nilai kelokalannya. Lokal dalam artian situs ini juga membahas isu-isu terkini di dunia fotografi Indonesia, mengangkat profil tokoh-tokoh bersejarah di dunia fotografi Indonesia, memuat photo story karya fotorgafer lokal baik profesional atau sekadar pehobi dan menjadi media alternatif bagi para fotografer lokal untuk menampilkan karya-karya mereka. Melokal tapi bisa go internasional. Sepakat ? (AWS)
MENGENAL DAN MEMAHAMI POTRET EDITORIAL

Jika Anda membaca satu artikel di koran atau majalah, biasanya tak hanya berisi teks semata tapi juga foto-foto untuk menunjang isi artikel. Nah, jenis foto-foto yang dibuat untuk mendukung kebutuhan editorial sebuah media inilah secara umum dikenal dengan istilah Editorial Photography.
Pada prakteknya, foto-foto untuk kebutuhan editorial sangat beragam. Ambil contoh media cetak, misalnya majalah atau koran seperti Vanity Fair, TIME, Newsweek, TEMPO, KOMPAS, Kontan, dll. Mereka memuat foto-foto dari berbagai katagori sesuai dengan kebutuhan, bisa berupa katagori potret, spot news, features, olah raga, dan masih banyak lagi. Untuk menunjang artikel maupun kebutuhan cover, media banyak memanfaatkan jenis foto potret yang mengangkat figur seseorang, baik tokoh kenamaan maupun orang biasa - kita menyebutnya Potret Editorial (Editorial Portraits).
Menyadari fungsi penting dan kekuatan foto Potret, presentasi foto dan diskusi yang diadakan oleh PannaFoto Institute kali ini mengangkat tema “Menangkap Karakter”. Dalam event pembuka rangkaian Permata Photojournalist Grant 2012, pewarta foto Ahmad Zamroni (Forbes Indonesia), Muradi (Kontan) dan S. Bronto (Media Indonesia) berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka membuat foto-foto Potret.
Photo Event : Presentasi Foto dan Diskusi Menangkap Karakter (Potret Editorial)

Permata Photojournalist Grant bekerjasama dengan PannaFoto Institute mengadakan Presentasi Foto dan Diskusi bertema Menangkap Karakter (Potret Editorial). Diskusi yang digelar di Visual Rehab, Kemang, Jakarta Selatan pada hari Sabtu, 31 Maret 2012 merupakan event pertama sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Pertama Photojournalist Grant 2012. Menghadirkan fotografer Ahmad Zamroni (Forbes Indonesia), Muradi (KONTAN) dan S.Bronto (Media Indonesia) sebagai pembicara. Ikuti ulasan lengkapnya di artikel Mengenal dan Memahami Potret Editorial.
Undangan : Presentasi Foto dan Diskusi Menangkap Karakter (Potret Editorial)

Apa itu Potret Editorial ? Sejauh mana fungsi dan keberadaannya di media? Apa saja trik-trik menggali ide dan konsep untuk sebuah Potret Editorial?
Permata Photojournalist Grant bekerja sama dengan PannaFoto Institute mengundang para fotografer, pehobi dan penikmat foto dalam acara:
PRESENTASI FOTO DAN DISKUSI MENANGKAP KARAKTER (POTRET EDITORIAL)
Pembicara: Ahmad Zamroni (Forbes) - Muradi (KONTAN) - S. Bronto (Media Indonesia)
Sabtu, 31 Maret 2012 - Pukul 14.00 - 16.00 WIB
Visual Rehab, Jl. Kemang Utara 42, Kemang - Jakarta Selatan
*) Gratis, terbuka untuk umum
Untuk reservasi hubungi: Anggi (082110140043)
Photo Event : Talk Show bersama Kemal Jufri, Ardilles Rante dan Beawiharta - 22 Des 2011







Pameran Permata Photojournalist Grant 2011-Pasific Place Lt. 4- 16 Des. 2011 - 4 Jan. 2012

Representatative of World Press Photo Paul Ruseler dan Head of Corporate Affairs PermataBank Leila Djafaar



Malam Apresiasi
Rangkaian acara Permata Photojournalist Grant 2011 telah mencapai tahap akhir yang ditandai dengan sebuah acara malam apresiasi. Acara ini ditujukan untuk memberikan apresiasi sebesar-besarnya kepada kesepuluh peserta dan seluruh pihak yang terlibat dalam program ini. Acara yang dilakukan pada Kamis 24 November 2011 (Permata Bank Building) ini juga dihadiri oleh para pemimpin redaksi media beserta para photojournalist.
Malam apresiasi ini terdiri dari beberapa acara, diantaranya adalah pameran foto dan talk show. Pembicara dalam talk show ini adalah Jerry Adiguna (Ketua Umum Pewarta Foto Indonesia) dan Bambang Harimukti (TEMPO), dengan Ng Swan Ti sebagai moderator.
Hasil karya seluruh peserta dicetak besar dan dipamerkan di setiap sisi ruang. Pameran ini akan dilajutkan bersama dengan Pameran World Press Photo pada bulan Desember 2011 di Pacific Place (gBa).
Final Presentation
Pada tanggal 7 November 2011, seluruh peserta mempresentasikan photo story mereka dihadapan banyak orang. Final presentation yang diadakan di Decanter - Wine House, Kuningan dihadiri oleh empat panel juri yang bertugas memberikan penilaian terhadap photo story tersebut. Adapun keempat panel juri adalah Leila Djafar (Head of Corporate Affairs Permata Bank), Sinartus Sosrodjojo (Kepala Yayasan Panna), Beawiharta (Reuters) dan Mast Irham (Pewarta Foto Indonesia).
Acara hari ini merupakan bagian akhir dari rangkaian proses pembuatan photo story project oleh peserta. Hasil dari perjuangan dan proses belajar masing-masing peserta dapat terlihat pada presentasi yang akan dibawakan. Bagi peserta, final presentation ini bisa saja bukan sebagai hasil dari proses selama ini, karena peserta masih dapat melakukan photo shoot kembali sebelum akhirnya diproses untuk dicetak.
Keseluruhan foto yang dibuat oleh peserta akan ditampilkan bersamaan dengan pameran "World Press Photo".