Sepulang dari lokasi peliputan, para peserta menyetorkan hasil jepretan mereka kepada mentor masing-masing. Pada sesi ini, peserta dibagi ke dalam breakout room agar fokus mengulas bersama mentor mereka.
Yoppy bersicepat membuka folder Abdan Syakura. Sekali lihat, ia langsung bisa menangkap bagaimana cara kerja pewarta foto Republika Cimahi ini bekerja. “Kamu merasa gak kamu malah kayak fotografer pribadi subyek kamu?” tanya Yoppy. Hal itu sangat terasa karena Abdan terlihat hanya mengikuti aktivitas keseharian subyeknya dari bekerja di rumah, masak sampai berkebun. Yoppy lalu merujuk sebuah situs foto yang menampilkan mood yang kurang lebih bisa menjadi inspirasi tema Slow Living yang Abdan usung. “Coba pakai tone yang seperti ini jangan buram-buram seperti yang kamu ambil,” sambungnya.
Satu hal lagi, imbuh Yoppy. Agar tak terkesan menjadi fotografer pribadi subyek, terapkanlah konsep kolaborasi. Jadi, subyek kita benar-benar kita libatkan dalam proyek ini, “Rasakan apa yang dia rasakan, jadi pendengar yang baik. Bawa masuk dia ke dalam cerita kamu,” pungkasnya.
Dari Abdan ia lantas beranjak ke Bagus Khoirunas dengan isu buruh migran. Yoppy membuka dua folder yang kontras, satu BW dan satu lagi penuh warna. Dari kedua itu ia lantas membandingkan juga menilai intensi Bagus, “Untuk cerita migran yang sedih tidak melulu cocok diambil dengan BW, berwarna pun bisa dipakai dan dramatis,” katanya.
Yoppy lalu mencontohkan satu foto yang Bagus jepret, seorang ibu buruh migran yang duduk menatap kamera dengan mata nanar. Pada latar subyek foto, ada selembar tirai biru yang melambai tertiup angin. Dari segi pencahayaan yang bagus, maka warna pun justru bisa kasih kesan yang mendalam, tambah Yoppy.
Foto penuh warna menunjukan banyak aksen yang mampu menjelaskan latar rumah subyek dengan jelas, dari Kasur tipis yang mulai menghitam, tembok yang bernoda hingga boneka yang kusam. Hal itu, masih menurut Yoppy, justru bisa menguatkan mood kesedihan keluarga yang menanti subyek foto yang tak pulang-pulang selama 9 tahun terakhir.
Sambil membuka foto Endra Prakoso, Yoppy mengingatkan kepada semua peserta, jangan malas untuk mengambil berbagai angle foto. Menurutnya, semakin banyak opsi maka akan semakin memudahkan editor kelak, “Coba kamu ambil satu yang kainnya selutut, sedengkul, dan paha. Kalau kamu bekerja dengan editor mereka pasti akan tanya, kamu punya gak foto yang A B C. Jadi lebih efisien kan kalau kamu sudah menyiapkan stok sebelumnya?” pungkas Yoppy diamini peserta.