250 CC
250 CC
Ajeng Dinar Ulfiana (Katadata.co.id, Jakarta)
Hedonisme bukan lagi sebuah pandangan, melainkan gaya hidup konsumtif yang dipilih masyarakat urban. Naiknya penghasilan seseorang biasanya akan diiringi dengan naiknya gaya hidup. Banyak orang akhirnya lebih memilih untuk berutang daripada menurunkan
gaya hidupnya.
Hal tersebut tercermin dari beberapa anggota Kawasaki Ninja Club Cikarang. Mereka yang berprofesi sebagai buruh pabrik (tenaga kerja outsource) lebih memilih hidup “senang” sebagai orang konsumtif. Maslin, pria berusia 25 tahun asal Cirebon, mengatakan “Demi hobi, BPKB (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor) pun saya ‘sekolahin’.” “Sekolahin” di sini artinya adalah menggadaikan BPKB untuk hobi.
Bagi Maslin dan kawan-kawannya, gaya hidup konsumtif tidak bisa dilepaskan dari gaya hidup hedonisme. Di satu sisi, pola dan gaya hidup konsumtif memberikan kenikmatan serta kepuasan fisik dan psikologis.
“Awalnya saya suka motor ninja ini karena di kawasan 1000 pintu ini banyak dealer memajang motor ninja 250cc dan akhirnya teman-teman buruh beli. Saya pun ikut-ikutan,” ujarnya.
Maslin mengaku sebagai pegawai outsource di pabrik Cikarang. Dengan gaji Rp3,9 juta per bulan, dia mengalokasikan sebagian besar, yaitu Rp3 juta, untuk hobi motor 250cc. Beragam siasat dilakukan Maslin untuk bertahan hidup. Maslin dan anggota Kawasaki Ninja Club lainnya yang bernasib sama rela lembur dan mencari pekerjaan tambahan untuk mendapatkan tambahan pemasukan.
“Kalau pegawai lain lembur 12 kali per bulan, kami lembur terus. Kalau bisa kerja sampingan seperti ojek online atau menjadi kuli, kami juga rela kerjakan, agar kami bisa bayar SPP per bulan. Maksudnya yah bayar tagihan,” katanya (30/12/2018).
Selain itu Maslin mengatakan hal ini dilakukan agar status sosialnya bisa naik di lingkungan tempat tinggal dan keluarga serta untuk menarik perhatian lawan jenis.
“Saat ini mereka (wanita) melihat dari segi material, Mbak. Malahan, mereka tidak melihat posisi pekerjaan kita. Yang penting anak motor punya Ninja, mereka pasti juga mau,” lanjutnya.
Gaya hidup yang konsumtif terhadap motor menggambarkan bagaimana penjualan sepeda motor di Tanah Air terus mengalami tren positif. Menurut Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), naiknya penjualan motor setiap bulan diklaim berpotensi bisa mencapai target yang telah ditentukan, yakni 6.383.108 unit atau naik 8,6 persen dibandingkan tahun 2018. Data penjualan motor untuk sektor distribusi domestik tahun 2016 dan 2017 adalah 5.931.285 unit dan 5.886.103 unit.