Bunga Di Tanah Hitam
Raungan mesin getek dan terik matahari yang menyengat menjadi santapan sehari-hari bagi Aminah dan lima rekannya, perempuan-perempuan di Desa Lebung Itam. Kegiatan memancing yang mereka lakukan di hutan gambut tanpa disadari menjadi benteng terakhir konservasi dan simbol perlawanan masyarakat desa dalam mempertahankan sisa hutan gambut dari invasi korporasi.
“Dulu memancing, menjala, mencari kayu bahkan berburu bisa dilakukan dan hanya dilakukan bapak-bapak dari jarak dekat. Sekarang berburu tidak bisa lagi, mancing harus masuk jauh ke rawang (sebutan masyarakat setempat untuk hutan gambut),” kata Aminah.
Desa Lebung Itam, Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Provinsi Sumatra Selatan merupakan desa dengan luasan wilayah mencapai 30.496 Ha, dengan 80% tanah gambut.
Selain itu, gambut merupakan salah satu senjata utama dalam menghadapi perubahan iklim global. Gambut menyimpan sepertiga cadangan karbon dunia yang membuatnya berperan penting dalam pengendalian dampak perubahan iklim. Berdasarkan data dari Global Wetlands, Indonesia memiliki luasan lahan gambut terbesar kedua di dunia dibawah Brazil dengan luas mencapai 22,5 Juta Ha.
Upaya dalam mempertahankan hutan gambut desa terus dilakukan oleh warga, dengan dibantu kawan-kawan aktivis dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), mereka membentuk Forum Komunitas Masyarakat Pengelola Rawang (FK MPR). Mereka berharap dengan adanya serikat, masyarakat desa semakin kompak dalam mengatasi permasalahan ini.