Catatan Naz
Catatan Naz
Griselda Mahissa – Universitas Padjadjaran
Menjadi seseorang yang mempunyai banyak piala sangat nyaman buatku. Rasanya aku berhasil melawan trauma masa kecil dan merebut kembali segala sesuatu yang seharusnya milikku. Apa yang ingin kamu katakan kepada dirimu di masa depan, atau di masa lalu?
Sudah sehari setelah kepergian Naz dari tempatku. Dia melanjutkan perjalanan menuju tempat yang dia tidak tahu pasti. Dengan cerobohnya, dia meninggalkan buku catatan perjalanannya di meja nakas kamar tamu rumahku.
Aku tahu tidak sopan untuk membuka buku catatan seseorang tanpa izin, tapi aku sangat ingin tahu secara detail tentang apapun yang sudah dia lihat sejauh ini. Aku ingin tahu, apakah sebenarnya dia tahu apa yang dia cari? Apakah dia tahu perjalanan membawanya ke mana? Jika dia sadar, apakah dia siap dengan seluruh konsekuensinya?
Akhirnya aku membuka halaman demi halamannya, dan melihat sudah sejauh mana dia tumbuh. Dia sudah melihat banyak hal: kelahiran, kesendirian, pelecehan, kemenangan, perubahan, cinta.
Membaca buku ini sama rasanya seperti saat dia bercerita padaku dengan penuh gairah. Tubuhku tak bisa berhenti bergetar, jantungku berdetak kencang, aku menahan tangis sambil melihat matanya, aku ingin memeluknya dengan erat dan bilang, “Aku benar-benar bersyukur kamu masih bernafas sampai sekarang.”
Namun tak peduli apa yang akan terjadi di depan sana, dalam perjalanan penuh cederamu itu, kami akan tetap bersamamu, aku akan tetap bersamamu. Naz, sayang, kamu tidak akan sendiri lagi, dalam perjalanan ini, kamu akan melihat sekilas masa depan.
Tapi aku tetap khawatir. Aku takut perempuan bertangan hitam itu menangkapnya dan membawanya ke kematiannya. Tapi, mungkin aku tidak seharusnya takut, dia punya banyak teman yang baik sekarang.