Impian Anak Marjinal
IMPIAN ANAK MARJINAL
Ardiles Akyuwen, Jurnal Nasional
Marjinal atau Taring Babi adalah nama komunitas seni dan musik punk yang berbasis di Srengseng Sawah pinggiran Jakarta. Terbentuk pada 1997, komunitas ini telah menciptakan semacam punk khas Indonesia, dengan menggabungkan musik dan aktivitas seni lainnya. Membangun pengikut dan jaringan besar yang antusias dengan jiwa dan cara hidup punk, Marjinal konsisten menerapkan etika punk yaitu “Do It Yourself”; menghindari perangkap dan godaan komersialisme, mendorong orang lain untuk berkarya, mendistribusikan musik dan seni mereka sendiri dengan ukulele, sablon, dan lokakarya lukisan ukiran kayu.
Belakangan ini, terutama sejak penangkapan 65 anak punk di Banda Aceh pada Desember 2011, Marjinal beberapa kali tampil di media, bahkan tampil di sekolah-sekolah berbasis Islam, dalam upaya menjernihkan stereotip negatif terhadap punk.
Musik, karya seni dan ide-ide dari Marjinal telah menjadi sumber inspirasi bagi banyak punk jalanan. Rumah terbuka komunal mereka di Srengseng Sawah adalah sarang kegiatan untuk belajar musik, sablon, lukisan cukil kayu dan ilmu apa saja yang positif dan berguna. Siapapun dapat belajar di rumah ini untuk menjadi diri sendiri dan mewujudkan impiannya.
Setiap orang memiliki impian. Mimpi melintasi status sosial, mimpi tidak memandang latar belakang, mimpi itu gratis. Kaum yang termarjinalkan sekalipun pasti punya mimpi, siapa saja boleh bermimpi. Setiap orang bermimpi untuk menjadi seperti yang mereka inginkan. Dibebaskan dari segala keterbatasan, bebas dan merdeka.
Orang-orang yang belajar dan bekerja di rumah terbuka komunal Marjinal juga punya impian. Ada yang ingin menjadi pemanjat tebing, musisi, atau penulis. Ada juga yang ingin punya usaha sablon, penjual baju dan menjadi pelukis cukil kayu. Impian yang tidak mengada-ada dari anak-anak marjinal yang bebas dan merdeka.