Impian Masa Kecilku
Impian Masa Kecilku
Reza Fitriyanto (Kontributor beritagar.id, Yogyakarta)
Setiap insan memiliki mimpi, tanpa memandang budaya, agama, ras maupun tingkat ekonominya. Anak-anak bermimpi tentang saat mereka dewasa kelak. Saat menemukan tempat untuk berlabuh, dimana mereka bisa bertransformasi menjadi siapa pun dan apa pun yang mereka inginkan, terbebas dari keterbatasannya.
Jakarta telah menjadi persinggahan bagi jutaan mimpi anak-anak di seluruh penjuru negeri. Segala keterbatasan dan ketimpangan yang ada di tempat asal menjadi alasan utama arus urbanisasi penduduk ke Jakarta. Para pengejar mimpi yang telah tumbuh dewasa pun mau tak mau harus meninggalkan kampung halaman dan mengadu nasib di Jakarta demi mewujudkan cita-citanya sejak kecil.
Kapten Nengah Sumerta misalnya, seorang pilot helikopter sebuah maskapai penerbangan swasta di Indonesia ini meraih apa yang diimpikannya saat merantau ke Jakarta. Pria asal Singaraja, Bali, ini tak menyangka apa yang menjadi impiannya menjadi kenyataan. “Dulu, saya sering melihat pesawat terbang melintas di atas kampung, kemudian saya dan kawan-kawan sering berlari-lari mengejar pesawat itu sambil berteriak dan berharap pesawat itu akan mendarat dan memberikan sesuatu pada kami,” ujarnya ketika mengenang mimpi masa kecilnya.
Hal serupa juga diungkapkan Junko Agus, seorang instruktur pole dance bersertifikasi internasional asal Kalimantan Barat. Pria keturunan etnis Tionghoa ini sedari kecil ingin menjadi seorang public figure ternama. Seiring berjalannya waktu, ia mengenal olahraga pole dance saat hijrah dan menetap di Jakarta seusai tamat sekolah menengah. “Saya berasal dari kampung terpencil di Kalimantan Barat. Melalui olahraga pole dance ini, saya dapat merealisasikan impian saya ketika masih kecil, yaitu ditonton oleh banyak orang, bahkan hingga ke luar negeri,” ungkap Junko.
Kapten Nengah dan Junko merupakan sebagian kecil wujud masyarakat yang meraih mimpi dan cita-citanya di Jakarta. Mereka percaya, pindah dan menetap di Jakarta adalah sebuah langkah awal untuk mewujudkan impian mereka. Mungkin kisahnya akan berbeda jika mereka tidak meninggalkan kampung halamannya masing-masing.
Para peraih mimpi ini secara implisit menarasikan semangatnya dan arti tentang sebuah kerja keras untuk meraih impian. Apa yang ditanam sejak dulu, itulah yang dituai.