Kau Masih Ada
“Mama Des” atau “Na Ka”, begitulah sapaan akrab beta punya Mama di antara ketong keluarga besar. Sebagai anak sulung dari 8 bersaudara, Mama suka sekali memberi nasihat dan wejangan lewat kisah hidupnya kepada ketong. Entah saat sedang kumpul, ibadah, makan bersama, atau bahkan dalam perjalanan. Campur aduk rasanya saat mendengar kisah Mama.
“Mama dulu pi sekolah harus nyebrang sungai, terus kadang arus kuat datang mama jatoh sampe luka. Sepatu hanyut, seragam basah, tapi tetap lanjut pi sekolah.”
Bahkan ada cerita lain yang tak kalah mengharukan.
“Karena Mama yang kaka, jadi harus urus adik, berbagi pakaian, makanan. Dan uang jajan sonde boleh lebih dari adik-adik.”
Pahit manis hidup dan perjuangannya, beta ambil sebagai penuntun hidup. Meskipun seringkali kesal, bertanya-tanya, “Kenapa harus ikut menderita seperti pengalaman hidup Mama?”.
Tapi kalau direnungkan kembali, kisahnya meredam segala emosi. Satu yang pasti, Mama selalu mengajarkan bahwa doa adalah penolong terbaik.
“Dari dulu Mama bertahan karena doa sa. Sonde mengerti berdoa harus ke mana, seperti sekarang yang ada gereja dan persekutuan. Hanya angkat hati, dan berdoa, berdoa.”
Beta lahir dan dibesarkan oleh mama yang kuat dan tangguh, tapi penuh kasih. Ajarannya akan selalu beta kenang bahwa ada Tuhan di setiap doa kita dalam menghadapi apa pun. Mama telah menerima kasih dari Tuhan, yang kini diwariskan pada beta. Itulah warisan paling berharga dan harta yang tak ternilai.
*Beta = Saya, Ketong = Kita / Kami, Pi = Pergi, Sonde = Tidak