Luka Emas Hitam
Luka Emas Hitam
Feny Selly Pratiwi, ANTARA Foto – Palembang
Malam Lebaran ketiga (Rabu, 30 Juli 2014) adalah momen tidak terlupakan bagi BR. Ia berpamitan pada keluarga untuk molot (aktivitas mengebor minyak). Siapa sangka, malam itu ia dan tiga rekan pekerja terkena ledakan minyak-gas. Satu rekannya meninggal dunia, sedangkan ia dan dua rekan lainnya menderita luka bakar cukup parah. Keempatnya tidak memakai pakaian pengaman ataupun berbekal alat pemadam api.
Usai kejadian naas tersebut, pemilik proyek memberikan BR santunan satu juta rupiah per bulan selama kurang dari dua tahun. Sementara KN, rekan BR yang meninggal malam itu usai dirujuk ke Rumah Sakit Umum Palembang, mendapat ganti rugi 30 juta rupiah yang diberikan ke istri korban.
Pengobatan luka BR yang tak maksimal membuat jaringan kulitnya menyatu dan menarik jari tangannya sehingga tidak bisa difungsikan dengan normal. Baginya, luka bakar di kulitnya memang perih tapi lebih perih adalah berusaha menerima kenyataan bahwa tangannya kini cacat dan ia tidak bisa bekerja seperti dulu. Dengan luka itu, BR membutuhkan dua tahun untuk sembuh secara fisik dan mental. Anak dan istrinya menemani dan mendorong untuk mencari pekerjaan yang bisa ia lakukan dengan jari tangannya yang cacat. Akhirnya ia bisa menemukan profesi baru sebagai tukang sayur dan menjalankan hidup dengan semangat yang pulih.
Aktivitas pengeboran sumur minyak ilegal atau illegal drilling di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatra Selatan telah marak dilakukan semenjak belasan tahun terakhir. Meskipun petugas gabungan dari kepolisian dan pemerintah setempat sudah menutup 1000 titik sumur ilegal, masyarakat tetap memilih berpartisipasi dalam pengeboran.
Di setiap aktivitas illegal drilling, kebakaran dan ledakan adalah ancaman jiwa yang serius bagi pekerja. Hal ini dikarenakan mereka tidak dilengkapi dengan pengaman dan dari sisi ketenagakerjaan hak mereka sebagai pekerja sering diabaikan.
Meski mengetahui risiko sebagai pekerja tambang pengeboran minyak, masyarakat seolah tidak peduli. Upah yang cukup besar menjadi dorongan kuat para pekerja ini terus menambang. Pilihan pekerjaan lain seperti mantau (menyadap karet) dan bertani dianggap masih kalah dari sisi penghasilan sebagai tukang molot. Dari sisi industri, permintaan bahan bakar yang tinggi membuat bisnis pengeboran emas hitam ini menjadi ladang nafkah subur yang sulit dihentikan.