“Do your research and surprise yourself with the new knowledge about your story,” ujar Sasa Kralj, mentor tamu asal Kroasia saat menyampaikan materi Photo Story 3 secara online. Di pertemuan Kelas PPG yang ke-14 pada hari Jumat, 22 Januari, Sasa tak hanya membahas perihal teknis tapi juga pentingnya menemukan hal-hal baru, memanfaatkan beragam pengetahuan teknis dalam dunia fotografi sebagai medium untuk menyampaikan emosi di dalam setiap karya foto dan personal statement sebagai seorang fotojurnalis.
Menurut Sasa, seorang fotojurnalis yang baik tidak hanya seorang fotorgafer yang menempatkan diri di belakang lensa dan memposisikan diri sebagai observer. Sangatlah penting untuk mengenali betul subjek yang akan difoto, membuka diri dengan berbagai sudut pandang, bahkan jika perlu memposisikan diri sebagai si subyek.
“In a spiritual sense, sometimes we need to be the subject,” tegas Sasa.
Masih menurut Sasa, photo story yang kuat (powerful) merupakan hasil dari kombinasi antara kekuatan sebuah foto secara visual maupun menyentuh sisi logika. Dalam photo story, Ia menyebutnya sebagai level conscious dan sub-conscious dimana caption bermain dalam ranah conscious level, sementara foto merupakan ranah sub-conscious level.
Tak tanggung-tanggung, Sasa bahkan menantang para peserta untuk berani sedikit lebih ‘gila’ dalam berkarya. Menurutnya, di dalam dunia fotografi, terlalu banyak fotografer bagus dengan karya-karya yang biasa, tapi masih kurang banyak fotografer yang ‘gila’ yang mampu menghasilkan karya yang luar biasa.
“As long as you do normal photography, it’s not good enough. And ‘gila’ doesn’t come from technique and knowledge. ‘Gila’ doesn’t come from knowing how and where to put the light and flash, slow exposure, and so on. ‘Gila’ doesn’t come from that. That’s normal. ‘Gila’ comes from looking at the world upside down when everybody works normal.”
Mengenai kriteria atau trik menghasilkan sebuah foto yang bagus atau powerful, bagi Sasa tidak ada ‘resep khusus’.
“There is no recipe. The fact is that you need to have an attitude and knowledge to support it. Most importantly, the pictures are not about what you saw, but it’s about you in that story.”
Dari lantai 21, Permata Tower, WTC II, Jakarta, di kelas yang berlangsung selama tiga jam ini, Sasa juga membahas photo story masing-masing para peseta PPG 2015. Beberapa masukan serta saran disampaikan oleh Sasa terutama beberapa strategi untuk menghindari photo story yang hanya bersifat deskriptif, lebih peka dengan keadaan sekitar, fokus, yakin, serta percaya diri dengan setiap photo story yang dikerjakan. Dan karenanya, tentu dibutuhkan pengetahuan untuk mendukung keyakinan, statement, serta argumentasi sebagai seorang fotojurnalis. (OKKY/ foto: Hanggi Tyo)