Forum Editor Foto Kembali Diselenggarakan Untuk Ketiga Kalinya
Kami mendapat kesempatan untuk kembali mempertemukan editor foto dari berbagai media baik cetak maupun online dengan Jenny Smets (Kurator Independen & Editor Foto) dalam Forum Editor Foto, yang dipandu oleh Ng Swan Ti (Managing Director PannaFoto Institute). Kali ini 13 editor dan fotografer dari 12 media, kantor berita, dan asosiasi fotografi menghadiri kegiatan tersebut. Ke-13 editor dan fotografer tersebut adalah Aditia Noviansyah (kumparan.com), Arief Kamaludin (Katadata.co.id), Saeffie Adjie Badas (MRA Media Printed), Cristian Rahadiansyah (DestinAsian Indonesia), Dita Alangkara (Associated Press Biro Jakarta), Fanny Octavianus (Antara Foto), Grandyos Zafna Manase Mesah (Pewarta Foto Indonesia-Jakarta), Gunawan Wicaksono (TEMPO), Mast Irham (European Pressphoto Agency Biro Jakarta), Mohammad Safir Makki (CNNIndonesia.com), Muhammad Fadli (Forbes Asia), Prasetyo Utomo (Antara Foto), dan Ramdani (Media Indonesia). Kegiatan ini merupakan rangkaian program Permata Photojournalist Grant 2019 - Erasmus Huis Fellowship to Amsterdam 2020 persembahan PermataBank dan Erasmus Huis bekerja sama dengan PannaFoto Institute, Leica Store Jakarta, dan para mitra.
Terdapat dua hal penting yang ditekankan oleh Jenny di awal pertemuan ini, yakni 1) Pentingnya mendukung pengembangan kemampuan fotografer dan 2) Sebuah ekosistem yang baik, termasuk di dalamnya program-program edukasi, komunitas foto yang aktif, hingga festival foto akan dapat platform yang baik untuk mendorong para fotografer untuk terus berkarya.
Para editor secara bergantian menyampaikan tantangan-tantangan yang mereka hadapi bersama fotografer dalam pemberitaan di media saat ini. Mohammad Safir Makki menceritakan fotografer di media online dituntut untuk memiliki talenta yang lebih dari sekedar fotografi, tidak jarang para fotografer ini perlu membuat liputan video hingga menulis berita sendiri. Hal ini diamini oleh Dita Alangkara, di tempat ia bekerja juga mulai terdapat banyak pekerjaan untuk membuat video, dengan demikian menuntut fotografer untuk juga memiliki kemampuan di bidang multimedia. Dita juga menyebutkan Reuters mengubah sebutan bagi fotografernya dengan "Visual Journalist" dan menurut Dita, tren dunia fotografi akan mengarah ke sana.
Dapat dikatakan, diskusi dalam Forum Editor Foto yang berlangsung pada Rabu, 12 Februari 2020 di Erasmus Huis ini masih selaras dengan topik yang disampaikan oleh Jenny Smets dalam seminarnya pada hari Selasa, 11 Februari 2020 lalu, yakni arah perkembangan fotografi yang membawa banyak tantangan dan tuntutan bagi pewarta foto. Satu hal yang diamini bersama oleh para editor adalah fotografi dan fotografer masih dibutuhkan dalam dunia pemberitaan. Mengutip pernyataan Jenny Smets, "Photographers have to be capable of telling important stories in a very reliable way". Dengan demikian, tuntutan berikutnya tertuju kepada editor dan media untuk kerap memberikan dukungan dalam peningkatan kapasitas keahlian fotografer-fotografer mereka.
(Lisna Dwi Astuti / Foto: Agoes Rudianto, Fotografer Independen)
Forum Editor Foto: Mempertemukan 11 Media Nasional
Untuk kedua kalinya, program Permata PhotoJournalist Grant - Erasmus Huis Fellowship to Amsterdam memfasilitasi sebuah pertemuan antara editor-editor foto dari berbagai media nasional, baik cetak maupun online, dalam sebuah forum informal bertajuk Forum Editor Foto. Seperti tahun sebelumnya, Jenny Smets (Kurator Independen & Director of Photography Majalah Vrij Nederland, Belanda) kembali menjadi tamu dalam forum editor ini, untuk memberikan presentasi dan perspektif tentang kerja editor foto di dunia terbitan internasional. 12 foto editor dan fotografer dari 11 media; Beritagar.id, Colours, Katadata.co.id, Kompas, kumparan.com, MARKETING, Republika, TEMPO, Tirto.id, Tribunnews.com, dan VIVA.co.id menghadiri forum tersebut. Kegiatan ini memberikan kesempatan kepada para editor dari berbagai media ini untuk berbagi, tidak hanya kepada Jenny Smets, tetapi juga kepada sesama editor foto dari media lain, tentang kerja editor di media masing-masing, sekaligus menceritakan permasalahan yang kerap timbul.
Pertemuan yang berlangsung pada Rabu, 13 Februari 2019 tersebut berangkat dari harapan penyelenggara program PPG bahwa setelah pewarta-pewarta foto ini mengikuti pendidikan dalam PPG dan akhirnya kembali ke rutinitas mereka: bekerja sebagai pewarta foto, semangat yang terbangun selama mengikuti program PPG dapat terus dipupuk dan terfasilitasi di media mereka masing-masing. Forum Editor Foto ini, selain sebuah upaya untuk memahami apakah pendidikan yang diberikan sudah sesuai dengan kebutuhan pewarta dan media, juga untuk menjalin hubungan dan kerja sama dengan para editor foto tersebut. Sekaligus untuk menjaga spirit yang sama dalam pengembangan kualitas pewarta foto sekaligus kualitas pemberitaan dengan menggunakan foto sebagai medium, melalui media-media nasional.
Jenny menyampaikan editor dan fotografer harus dapat bekerja sama dan saling mempercayai. Sebagai editor foto, Ia menyatakan karirnya bergantung pada hubungan baiknya dengan fotografer untuk dapat merespon kebutuhan media, klien, pemimpin redaktur, atau sesederhana untuk memenuhi tenggat terbitannya.
"What help me a lot during my career as photo editor is the connection with these photographers. You have to work together. You have to tell them what your needs are, and the other way around. They are the one who always supported me when I was fighting in the newspaper. I got their feedback and their support and that helps me to keep on doing that".
(Lisna Dwi Astuti / Foto: Agoes Rudianto)